Cerpen tema cinta dan doa

                   

Ini cerpen udah buat lomba, tapi kalah :(
Daripada mubazir mending taroh sini aja
Happy reading..


                      Setiap Malamku

     Masih dengan mimpi yang mengambang, aku terbangun. Mengguyur diri dengan air sedingin es. Membasuh wajah, tangan, hingga ke ujung kaki. Seketika kantuk menghilang, mimpi yang mengambang ikut menguap, hilang. Sudah tidak malam, tapi juga belum pagi, waktu yang tepat untuk melakukan ritual rutin dalam hidupku.
     Kain suci panjang dari meja kugelar di lantai samping tempat tidurku. Aku segera berkomat-kamit membaca doa. Mengucap niat. Setelah hatiku mantab, kuangkat kedua tanganku. "Allahhuakbar," dengan lirih tapi pasti aku bertakbir. Menyebut asma Allah yang Maha Besar. Kemudian bergerak dan membaca doa sesuai ajaran baginda nabiku. Dengan tenang, khusyuk, dan selipan doa tulus didalamnya.
     Dalam setiap sujudku namamu tak pernah terlewat. Kupanjatkan doa-doa terbaik untukmu. Semoga kita bisa hidup bahagia selamanya. Semoga kita tetap dipertemukan di surga. Ah, mengingatmu membuatku terasa bersemangat. Bagaimana cara memandangmu yang teduh membuatku tenang. Setiap kata-katamu yang syarat akan makna dan motivasi, menjadi pendampingku mencapai sukses di perantauan. Sukses yang juga ingin kupersembahkan untukmu. Untuk membahagiakanmu.
     Seandainya kau tahu aku bekerja keras tak kenal waktu di ibukota, pasti kau akan marah besar. Menyuruhku istirahat walau sebentar. Jika kau melihatku sering makan mie instan di tanah rantau ini, kau pasti akan sedih. Mungkin kau akan langsung memasakkan sayur lodeh favoritku. Menyuapiku dengan penuh kasih dan sayang.
     Ya ampun, aku merindukanmu, sungguh aku merindukanmu. Kapan terakhir kita bertemu? Ah iya dua tahun lalu, saat aku mengambil cuti lebaran. Lama sekali. Saat itu kau memelukku erat ketika aku datang. Tapi sebelumnya kau nampak kaget. Ya, lantaran aku tak mengatakan kalau aku akan kembali. Kau memarahiku setelah memelukku. "Kenapa tidak bilang kalau mau pulang. Aku kan tidak masak banyak untuk menyambutmu," protesmu kala itu. Aku menjelaskan kalau aku ingin memberi kejutan untukmu. Kau tersenyum dan menangis haru. Kemudian kita berbelanja ke pasar bersama. Kau pun memasakkanku sayur lodeh kesukaanku. Dengan nikmat aku melahap makananmu. Aku selalu menyukai masakanmu itu. Esoknya kita bisa merayakan lebaran bersama. Sungguh membahagiakan. Sayang, aku hanya diperbolehkan cuti selama lima hari. Itu pun setiap dua tahun sekali.
     Aku sangat merasa bersalah padamu. Dengan tega aku meninggalkanmu sendiri di kampung halaman. Keikhlasanmu melepasku ke perantauan membesarkan hatiku. Membuatku semakin bertekad mencari kesuksesan di pulau seberang. Betapa kuatnya dirimu menahan tangis saat mengantarku ke terminal kala itu. Tapi aku tahu dirimu, kau pasti menangis setelah kepergianku. Karena begitu juga diriku. Bahkan sampai saat ini, aku masih sering menangis untukmu. Ternyata aku begitu cengeng. "Laki-laki itu tidak boleh menangis, " ucapmu suatu hari. Maaf, aku tak bisa mengikuti kata-katamu itu. Aku terlalu sering menangis, karena aku sangat mencintaimu.
     Tak terasa mengingatmu membuat sajadahku basah air mata. Sebegitu besarnya cintaku untukmu. Ya Allah semoga Engkau memberinya kebahagiaan selalu. "Assalamualaikum warahmatullahhi wabarokatuh, " aku menoleh ke arah kanan. "Assalamualaikum warahmatullahhi wabarokatuh, " kini aku balik menoleh ke kiri. Kuhapus air mata di pipi. Aku berzikir kepada sang pencipta. Menyebut nama-nama indahnya. Kemudian kuangkat kedua tanganku. Memohon ampun kepada-Nya, tak lupa kusebut namamu terus menerus. Mendoakanmu selama yang kubisa. Tak pernah bosan, tak pernah lelah.
     Aku bersyukur, masih bisa melaksanakan tahajud setiap malam. Masih bisa mendoakan orang-orang yang kucinta. Seperti malam ini, juga malam-malam sebelumnya. Dan semoga malam-malam yang akan datang.
     Setiap malam-malamku selalu untukmu. Untuk mendoakanmu, cinta pertamaku. Semoga di kampung halaman kau juga terus mendoakanku. Menyebut namaku dalam setiap sujudmu, ibu.

'salam dari seorang pejuang pena'

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer